Biak Numfor: Mencapai Masa Depan Yang Bahagia

Jumat, 15 Maret 2013

GAMBARAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BIAK NUMFOR



A.   Pendahuluan
Kabupaten Biak Numfor adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Biak. Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 (dua) pulau kecil, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta lebih dari 42 pulau sangat kecil, termasuk Kepulauan Padaido yang menjadi primadona pengembangan kegiatan dari berbagai pihak. Luas keseluruhan Kabupaten Biak Numfor adalah 5,11% dari luas wilayah provinsi Papua. Letak Geografis Kabupaten Biak Numfor terletak di Teluk Cenderawasih pada titik 0°21'-1°31' LS, 134°47'-136°48' BT dengan ketinggian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten ini merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara daratan Papua dan berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk berhubungan dengan dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Filipina. Letak geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya sangat strategis untuk membangun kawasan industri, termasuk industri pariwisata.
Kampung/desa per distrik
No.
Distrik
Desa/Kampung
1
Andei, Asarkir, Asaryendi, Busdori, Dousi, Farusi, Insiri, Kababur, Kanaan, Kandibundi, Mamoribo, Mandenderi, Mardori, Marisen, Napdori, Opuri, Ramdori, Sarwa, Sopendo, Sosmay, Sunbinya, Swainober, Swaipak, Waberik, Wasyai, Wombrisauw, Yembepioper, Yomdori
2
Ambroben, Anggraidi, Burokub, Fandoi, Inggiri, Insrom, Mandala, Manswan, Mokmer, Parai, Samau, Saramom, Sorido, Swapodibo, Waupnor
3
Anggaduber, Anggopi, Animi, Bakribo, Bindusi, Insumarires, Kajasbo, Kajasi, Kakur, Makmakerbo, Mandon, Marao, Opiaref, Orwer, Owi, Rim, Rimba Jaya, Ruar, Saraeidi, Sauri, Sawa, Sawadori, Sepse, Soon, Soryar, Sunde, Tanjung Barari, Wadibu, Woniki, Yenusi
4
Asur, Andei, Bosnabraidi, Dernafi, Kobeoser, Korem, Mambesak, Nermnu, Rodifu, Rosayendo, Rumbin, Sarwom, Saukobye, Warbinsi, Waromi, Warsansan, Wonabraidi, Yobdi
5
Auki, Inbeyomi, Karabai, Mbromsi, Meos Mangguadi, Nusi, Nusi Baburuk, Nyansoren, Padaido, Pai, Pasi, Samber Pasi, Sandedori, Saribra, Sasari, Sorina, Supraima, Wundi, Yeri
6
Baruki, Kameri, Kansai, Masyara, Namber, Pakreki, Pomdori, Pyefuri, Rawar, Saribi, Serbin, Submanggunsi, Supmander, Wansra, Warido, Yenbeba, Yenbepon, Yenmanu
7
Amperem, Andei, Asaryendi, Bawei, Bruyadori, Dafi, Duai, Kornasoren, Mandori, Manggari, Sandau, Sauribru, Syoribo, Yenburwo
8
Adainasnosen, Brambaken, Darfuar, Karang Mulia, Mandouw, Maryendi, Sambawofuar, Samofa, Sumberker, Yafdas
9
Aman, Ammoy, Diano, Doubo, Inswanbesi, Inswanbesi Sup, Inyobi, Karmon, Karuiberik, Komboy, Koyomi, Makuker, Marur, Sansundi, Saway, Sor, Wasani, Wasori, Wodu, Wouna, Yawosi, Yeruboy
10
Adoki, Kabidon, Moibaken, Padwa, Rampibo, Samber, Samber Sup, Suneri, Sunyar, Syabes, Urfu, Waroy, Wirmaker, Yendidori
11
Asur, Bosnabraidi, Wasori, Yawosi, Soor, Karmon
12


B.   Kemiskinan di Biak Numfor
Berikut ini data dan informasi kemiskinan yang di buat oleh BPS, yaitu:
·         Jumlah dan persentase penduduk miskin, P1, P2, dan garis Kemiskinan menurut  Kab/Kota, tahun 2010
1.    Jumlah penduduk miskin        : 42,5 (000)
2.    Persentase penduduk miskin ; 33,61
3.    P1   : 9,91
4.    P2  : 4,48
5.    Garis kemiskinan Rp/Kap/Bln             : 345.406
·         Persentase penduduk menurut Kab/Kota dan kategori kemiskinan tahun 2010
1.    Sangat miskin    : 19,15
2.    Miskin                  : 14,47
3.    Hampir miskin    : 17,28
4.    Tidak miskin        : 49.10
·         Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas menurut Kab/kota dan status bekerja tahun 2010
1.    Tidak bekerja                              : 5,05
2.    Bekerja di sector informal         : 86,93
3.    Bekerja di sector formal            : 8,01
·         Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas menurut kab/kota dan sector bekerja, tahun 2010
1.    Tidak bekerja                                          : 51,05
2.    Bekerja di sector pertanian                  : 81,13
3.    Bekerja bukan di sector pertanian      : 13,81
·         Persentase   pengeluaran perkapita untuk makanan menurut kab/kota dan status miskin, tahun 2010
1.    Miskin                              ; 76,05
2.    Tidak miskin                    :60,68
3.    Miskin + tidak miskin     ; 65,96
·         Persentase rumah tangga miskin menurut kab/kota dan luas lantai perkapita, tahun 2010
1.    ≤ 8 luas lantai perkapita (m2)                           : 56.27
2.    8 < luas ≤ 15 luas lantai perkapita (m2)          : 35.95
3.    > 15 luas lantai perkapita (m2)                         : 7.78
·         Persentase rumah tangga yang pernah membeli beras raskin, rata-rata jumlah beras raskin, dan harga yang dibeli oleh rumah tangga pada Quantile 1 menurut kabupaten/kota, tahun 2010.
1.    Ruta penerima raskin (%)                    : 41,91
2.    Rata-rata raskin (kg)                              : 15,44
3.    Rata-rata harga (Rp)                             :4.122




1.    Mengapa Miskin?
Beberapa hal di bawah ini yang menyebabkan kemiskinan di kabupaten Biak Numfor, sebagi berikut:
a.    Kurang lahan pekerjaan

Kurangnya lahan pekerjaan mengakibatkan masyarakat susah mencari uang. Uang adalah alat yang dipakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Tidak ada lahan pekerjaan yang bisa mendatangkan uang untuk masyarakat menyebabkan susahnya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang hanya dapat dibeli dengan uang. Lapangan kerja yang tersedia di Biak Numfor sangat terbatas sehingga masyarakat pada umumnya susah mencari pekerjaan.

b.    Kurang memanfaatkan konten ekonomi daerah

Konten ekonomi daerah sangat dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan uang jika dimanfaatkan dengan baik. Kabupaten Biak Numfor  adalah sebuah pulau di Provinsi Papua yang sangat strategis untuk dimanfaatkan potensi laut dan pariwisata, namun itu masih kurang optimal dalam memberdayakan potensi tersebut oleh penduduk yang berada di sekitar laut. Selain potensi kelautan dan pariwisata, masih luas daratan yang bisa diberdayakan untuk pertanian, namun ini pun masih minimal difungsikan karena cara dalam bertani masih tradisional yang hasil panenpun hanya untuk makan keluarga dan jikapun dijual hasilnya tidak maksimal. Oleh sebab itu, butuh pemahaman yang jelas untuk bisa memanfaatkan konten ekonomi daerah di kabupaten Biak Numfor.


c.    Kurang sarana dan prasarana penunjang usaha mandiri

Kurangnya sarana dan prasarana untuk masyarakat membuat usaha mandiri sehingga usaha masyarakat yang ingin membangun usaha mandiri terhambat dan tidak jarang usaha itu berhenti di ‘tengah jalan’ karena keterbatasan sarana dan prasarana.

d.    Membudayakan budaya yang negatif

Ada beberapa hal-hal yng dibudayakan bahkan sudah terpola yng sifatnya negatif di masyarakat sehingga tidak bisa untuk mandiri dalam membangun ekonomi individu atau keluarga, diantaranya sebagai berikut:
o   Budaya pasrah pada keadaan
o   Budaya sukuisme antar orang papua
o   Budaya “malas”
o   Budaya “gengsi”
o   Budaya “angkuh”
o   Budaya tidak jujur
o   Budaya “pesimis”
o   Budaya “iri dan sentimen”
o   Budaya kenakalan
o   Budaya seks bebas
o   Budaya “egois”
o   Budaya “siapa lu siapa gue”
o   Budaya pergaulan buruk
o   Budaya “bergantung kepada pemerintah”
o   Budaya kkn
o   Budaya “menjual orang”
o   Budaya kesewenang-wenangan
o   Budaya “pengkotak-kotakan”

Hal-hal di atas ini sudah membudaya pada masyarakat-masyarakat tertentu sehingga susah untuk berkembang ke arah yang lebih baik.  Tanpa sadarpun pembudayaan hal-hal di atas ini menyebabkan kemiskinan pada bidang-bidang tertentu (miskin materi, miskin mental, miskin spiritual dan miskin sosial).

e.    Program Pemerintah yang kurang menyentuh masyarakat ‘akar rumput’

Herarki dalam birokrat yang di dalamnya terdapat oknum-oknum yang ‘bobrok’ sifat dan mentalnya menyebabkan sering terjadi pengkotak-kotakan dalam pemberian pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan tidak jarang hanya untuk memperkaya pejabat-pejabat tertentu di dalam birokrat pemerintahan provinsi dan kabupaten. Hal ini menyebabkan masyarakat ‘akar rumput’ yang tidak mempunyai modal untuk usaha bahkan tidak mempunyai ketrampilan khusus untuk mencari uang guna kebutuhan sehari-harinya semakin diperparah. Jikapun pelayanan pemerintah sampai kepada masyarakat ‘akar rumput’, hasilnya tidak sesuai karena telah berkurang dari yang seharusnya karena melewati beberapa ‘tanggan’ untuk sampai kepada masyarakat ‘akar rumput’.

2.    Miskin dalam bidang apa?

Dua kategor di sini yang akan dijelaskan adalah kemiskinan dalam makanan dan bukan makanan, penguraiannya sebagai berikut:


a.    Makanan
Kebutuhan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia. Dengan makanan manusia dapat untuk hidup dan melakukan aktifitas lainnya. Jumlah makan minimal dalam sehari adalah tiga (3) kali (pagi, siang, dan malam). Makanan yang dimakan pun harus memenuhi kebutuhan gizi di dalam tubuh.
Di kabupaten Biak Numfor makanan pokok sehari-hari adalah beras, ubi-ubian, sayur dan ikan. Daging dan buah masih kurang di Biak Numfor, jikapun ada harganya hanya bisa dijangkau oleh masyarakat yang mampu untuk membeli. Tingginya harga pasar menyebabkan susahnya masyarakat untuk membeli makanan, karena kebanyakan makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang di dapatkan dengan cara membeli di pasar. Kebanyakan usaha masyarakat sendiri belum mampu secara individu, keluarga atau kelompok untuk memproduksi sendiri bahan makanan yang lengkap untuk di konsumsi sehingga harus dibeli ke pasar. Perhitungan 3 (tiga) kali makan sehari itu amat jarang bagi masyarakat kelas bawah, seringkali hanya 2 (dua) kali sehari. Nilai gizi dari makanan yang dimakan oleh masyarakat kelas bawah juga sering belum memenuhi standar nilai gizi yang seharusnya.

b.    Bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan)

Kemiskinan lain selain makanan yaitu masalah perumahan layak huni. Standar ukuran minimal rumah sehat adalah 8 meter atau 10 meter. Kenyataan di Biak Numfor ini masih banyak rumah yang belum mencukupi standar rumah sehat. Bahkan masih banyak rumah yang berlantaikan tanah, dinding yang terbuat dari dahan sagu atau kayu, atap rumah yang hanya dari daun pohon sagu, sehingga kurang memberi perlindungan yang maksimal bagi penghuni rumah. Rumah yang kurang baik berdampak buruk bagi penghuni rumah. Penerangan jalan dan rumah pun belum semua tempat ada, masih banyak desa yang belum menggunakan listrik.
Indikator kemiskinan yang dapat dilihat juga pada masyarakat adalah dari pakaian yang digunakan,  bukan karena budaya untuk tidak berpakaian tetapi karena sukar membeli pakaian sehingga banyak penduduk yang menggunakan pakaian yang sudah tidak layak pakai.
Hal-hal di atas memicu persoalan lain yaitu masalah kesehatan. Kurangnya gizi dan lingkungan yang kurang sehat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang dialami oleh masyarakat. Salah satu penyakit yang banyak menyebar dimasyarakat akibat seks bebas adalah HIV/Aids.
Hal yang memprihatinkan juga adalah kekurangan finansial keluarga mengakibatkan pendidikan anak-anaknya menjadi terhalang, banyak anak usia sekolah yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena kekurangan biaya sekolah. Pada saat ini, ada program pemerintah yang membebaskan biaya pendidikan sekolah, namun ada banyak juga alasan pihak sekolah yang memberi beban kepada siswa untuk membayar biaya dengan alasan yang berbagai macam, sehingga bagi keluarga kurang mampu dengan terpaksa memberhentikan anak mereka untuk melajutkan sekolah karena keterbatasan finansial keluarga.  Di sekolah-sekolah pun sarana dan prasaranan pendidikan masih terbatas dan itu memungkinkan bahwa belum mampu bersaing dengan daerah maju lainnya di tambah tidak sedikit guru-guru yang belum profesional dalam mengajar mengakibatkan mutu pendidikan yang rendah.
Kemiskinan-kemiskinan di atas menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru yang saling berkaitan yang membutuhkan keseriusan untuk memperbaiki dan meningkatkan keadaan tersebut ke arah kelayakan yang lebih baik.

3.    Dimana orang miskin tinggal?
Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Biak terkonsentrasi di daerah perdesaan yang tidak menutup kemungkinan penduduk di daerah perkotaan juga masih banyak yang dikategorikan miskin. Penduduk di daerah pedesaan dikatakan miskin karena lebih dominan belum mampu untuk mecukupi kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari dengan hidup apa adanya dengan serba kekurangan. Hubungan transportasi yang belum lancar di tamba dengan biaya transportasi yang mahal menyebabkan penduduk desa terlambat dalam pembangunan dan perkembangan zaman seperti di daerah perkotaan. Keterlambatan pembangunan, kurangnya transportasi, kurangnya perputaran uang, kurangnya lapangan kerja yang menghasilkan uang, kurangnya informasi global menyebabkan orang di desa hidup dalam keterlambatan dalam berbagai hal.
 Kurangnya uang dan hubungan transportasi mengakibatkan ketersediaan bahan makanan tidak kondusif karena hanya mengharapkan hasil makanan lokal yang diolah sendiri oleh masyarakat yang itupun masih sangat tradisional yang hasilnya tidak optimal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan jumlah makan yang minimalnya tiga kali sehari menjadi relatif tergantung upaya dan ketersediaan makanan.
Kemiskinan di daerah perkotaanpun masih tetap ada karena kondisi-kondisi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya masih terlihat di perkotaan bagi penduduk-penduduk tertentu.



C. Kesimpulan

Kemiskinan dan kelaparan merupakan fenomena sosial yang dihadapi setiap negara terutama di negara-negara miskin dan sedang berkembang. Kemiskinan merupakan masalah multidimensional yang berkaitan dengan banyak aspek, namun pada intinya adalah ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar minimumnya (basic needs). Penduduk miskin bukan saja mereka yang berpenghasilan sangat rendah tetapi juga mereka yang berada dalam kondisi buruk dalam hal kesehatan, pendidikan dan aspek lainnya sebagai manusia.  Oleh karenanya, penanggulangan kemiskinan di wilayah Biak Numfor harus memperhatikan akar masalah utama kemiskinan. 
Kabupaten Biak Numfor dalam angka kemiskinan berdasarkan data statistik yaitu sangat miskin 19,5; miskin 14,47; hampir miskin 17,28 dan tidak miskin 49,10. Jumlah angka yang tidak miskin mendominasi penduduk kabupaten Biak Numfor, urutan kedua yaitu penduduk sangat miskin, ketiga penduduk hampir miskin dan keempat yaitu penduduk miskin.
Orang yang dikategorikan miskin tidak hanya dipedesaan tetapi juga di perkotaan dikarenakan pembangunan dan pemerataan penduduk yang tidak maksimal. Tetapi Hal berikut yang menyebabkan kemiskinan adalah kurangnya ketersediaannya lapangan kerja. Lapangan kerja sangat sulit didapatkan untuk menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan finansial. Penduduk pada umumnya hanya mengharapkan bekerja sebagai pegawai negeri karena lapangan kerja swasta yang kurang. Timbal balik dari hal ini mengakibatkan paradigma sebagian orang biak yang mengatakan bahwa pekerjaan yang menguntungkan hanya ada ketika menjadi pegawai negeri akibatnya usaha untuk mandiri dalam dunia usaha menjadi minim.
Jumlah penduduk yang tidak miskin adalah sebagian penduduk yang pekerjaannya adalah pegawai negeri dan hanya sebagian kecil penduduk yang berwira usaha yang dikategorikan tidak miskin.
Penduduk biak numfor membutuhkan ketersediaan lapangan kerja yang lebih banyak untuk mendapatkan kebutuhan finansial yang dapat mencukupi kebutuhan lainnya. Sumber daya lokal banyak yang dapat dimanfaatkan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal dalam bidang pariwisata dan perikanan harus bisa diberdayakan.
Oleh sebab itu membutuhkan keseriusan dari pemerintah untuk jeli melihat kebutuhan penduduk biak numfor mengenai: Lapangan kerja, sarana dan prasarana transportasi, pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan dll untuk meningkatkan taraf hidup penduduk biak numfor. Dan jika dikelola kabupaten Biak Numfor dengan baik maka akan menguntungkan masyarakat maupun pemerintah pada umumnya dengan letak dan sumber daya alam yang sangat besar di Biak Numfor ini.

Diposkan oleh: Mores Kbarek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar